Skip to main content

Please, Please, Please Let Me Get What I Want, Sebuah Jeritan Permohonan

 Kadang hidup bikin kita bertanya-tanya,

    “Kenapa sih rasanya aku nggak pernah dikasih kesempatan?” Bukan cuma soal gagal sekali dua kali, tapi terus-terusan gagal… sampai rasanya capek sendiri. Padahal sudah berusaha jadi orang baik, nggak mau nyakitin siapa pun, nggak neko‑neko… tapi yang didapat malah kecewa lagi dan lagi. Lama‑lama kita lelah sendiri, bahkan takut untuk berharap lagi.

The Smiths - Hatful of Hollow

    Perasaan yang sulit diungkapkan itu ternyata pernah ditulis The Smiths lewat sebuah lagu pendek. Coba cek durasinya bahkan nggak sampai dua menit, dan liriknya cuma empat bait. Terlihat terlalu sederhana kalau dilihat dari judulnya
Please, Please, Please, Let Me Get What I Want.
    Lagu ini pertama kali rilis tahun 1984 sebagai B‑side dari single William, It Was Really Nothing. Meski singkat, lagu ini justru jadi salah satu karya paling ikonik The Smiths. Sampai akhirnya masuk ke album kompilasi Hatful of Hollow dan Louder Than Bombs. Saking kuatnya, lagu ini sudah berkali‑kali dibawakan ulang musisi lain: Muse, Deftones, Franz Ferdinand, She & Him, dan banyak lagi. Keren, kan?


Mari kita coba bedah.

Good times for a change
See, the luck I've had
Can make a good man turn bad

    Ada sosok “good man” di sini, seseorang yang selalu berusaha jadi orang baik. Dia nggak pernah punya niat jahat, nggak mau nyakitin orang lain. Tapi sayangnya, hidup nggak berpihak padanya. Sial terus, gagal terus. Dan orang yang terus menerus gagal itu sering kali jadi orang yang patah hati berkali‑kali… sampai akhirnya takut untuk punya mimpi lagi. Rasanya terjebak dan ada saatnya berpikir:
“Are these good times for a change? Haruskah aku berubah? Kayaknya percuma deh jadi orang baik kalau ujung‑ujungnya begini terus…”

So, please, please, please
Let me, let me, let me
Let me get what I want this time

    Permintaan itu terus diulang, seperti doa yang pelan‑pelan diucapkan dari hati yang penuh sesak. Siapa sih di antara kita yang belum pernah merasakan hal itu? Bukan permintaan besar, hanya sesuatu yang sederhana, tapi rasanya sulit sekali untuk digapai. Sampai‑sampai kita pernah berbisik lirih, “Tuhan… sekali saja, tolong.”

Haven't had a dream in a long time
See, the life I've had
Can make a good man bad

    Bait selanjutnya membuat kita semakin mengerti betapa lelahnya si “good man” ini. Ia bahkan sudah lama tidak berani bermimpi lagi. Terlalu banyak kegagalan membuatnya mati rasa. Di titik inilah lagu ini seperti menabrak tembok yang sering kita bangun sendiri: tembok keangkuhan, tembok “aku baik‑baik saja.” Sebuah momen jujur ketika akhirnya kita mengakui kelemahan diri sendiri.

So, for once in my life
Let me get what I want
Lord knows, it would be the first time
Lord knows, it would be the first time

    Dan inilah puncaknya. Sebuah permohonan yang terdengar seperti jeritan panjang, tersimpan begitu lama di dalam dada. Kata‑kata yang keluar dari hati yang lelah. Di titik inilah lagu ini terasa begitu dekat dengan sisi paling manusiawi dalam diri kita. Sebuah permintaan yang tulus, mengingatkan bahwa di dalam diri kita masih ada secercah harapan yang terus bertahan.

    Mungkin Morrissey nggak pernah menyangka kalau lirik sesingkat ini bisa jadi cermin bagi begitu banyak orang yang sedang mencari arti hidupnya sendiri. Dan justru di situlah kekuatannya: lagu ini mengingatkan kita bahwa di balik semua kegagalan dan pencarian, kita tetap manusia yang pantas untuk berharap walau hanya sekali saja. 

    Waktu aku menulis ini, aku jadi ingat karakter Bae Gyeon‑oo di K‑drama Head Over Heels. Karakternya mirip banget dengan “good man” yang ada di lagu ini, seseorang yang berusaha tetap baik meski hidup terus‑menerus nggak memihak padanya. Rasanya seperti melihat lagu ini hidup di layar kaca.

Jadi, kapan terakhir kali kamu merasa kayak lirik lagu ini?
Atau malah sekarang kamu lagi di fase itu?


Comments

  1. iyaa lagi..aku..lagi..di..fase..ini...

    ReplyDelete
  2. hmm.. suka sebel kalau relate lagu-lagu kyk ginituh..

    ReplyDelete
  3. But what I want isn't always the best jadi acceptance 😔

    ReplyDelete
  4. sekaranggg lagi ngerasain fase ini :')

    ReplyDelete
  5. request bahas the smith lagi dong kak, yang there is a light that never goes out

    ReplyDelete
  6. ga pernah mau relate sama lagu lagu yg deep kaya gini :'(

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Harmoni Kebebasan dari Sayap yang Retak, Menggali Makna Blackbird oleh The Beatles.

Take these broken wings and learn to fly      Siapa bilang kita harus sempurna untuk bisa bangkit? Justru, lirik ini ngajarin kita buat menerima kekurangan dan rasa sakit, lalu menjadikannya kekuatan. Sayap yang patah bukan berarti nggak bisa terbang, kan?       Halo, teman-teman! 🌟 Pernah denger lagu Blackbird dari The Beatles? Kalau belum, ini salah satu lagu yang bisa bikin hati kamu hangat sekaligus merenung. Lagu ini ditulis oleh Paul McCartney dan John Lennnon yang dirilis pada tahun 1968 silam. Lagu ini sering dianggap sebagai simbol perjuangan hak-hak sipil di Amerika Serikat. Tapi sebenarnya, Blackbird punya makna yang jauh lebih universal. Lagu ini bicara soal kebebasan, harapan, dan keberanian untuk bangkit walaupun dunia terasa berat. Dengan gitar akustik sederhana dan vokal McCartney yang lembut, lagu ini seperti teman yang siap mendukungmu di masa sulit.      Selain lirik yang udah kalian baca diatas, ada juga lho llirik...

Duka dan Harapan dalam lagu Tears in Heaven

     Kadang, sebuah lagu bisa jadi jauh lebih bermakna karena momen di mana kita pertama kali mendengarnya. Ada sesuatu yang spesial ketika melodi dan liriknya terasa pas dengan suasana hati atau situasi tertentu. Buat aku, Tears in Heaven adalah salah satunya. Lagu ini pertama kali aku dengar di salah satu adegan drama Korea Twinkling Watermelon , dan adegan itu begitu emosional sampai membuat lagu ini terasa begitu dalam dan menyentuh. Sejak saat itu, aku nggak bisa berhenti dengerin lagunya, seolah lagu ini membawa aku masuk ke dalam perasaan yang sama setiap kali aku memutarnya.  Photo by Rob Verhorst/Redferns      Eric Clapton adalah salah satu legenda di dunia musik yang nggak pernah kehilangan pesonanya. Dikenal sebagai gitaris rock dan blues, sekaligus penulis lagu dan penyanyi, Clapton sudah memukau banyak orang sejak era 90-an. Banyak yang menyebutnya sebagai salah satu gitaris paling berpengaruh sepanjang masa, dan itu jelas nggak berlebi...

Suara dari Sayap yang Belum Pulih, Ketika Musik Sedih Jadi Terapi

  pict by Temple_gio on Twitter      Pernah nggak sih, lagi pengen nangis tapi malah buka playlist "Sad Vibes 2AM" di Spotify? Udah tau mood lagi down, eh malah nyari lagu yang liriknya kayak nulis ulang isi hati kita. Yang nadanya mendayu, liriknya nusuk dan bikin nyesek. Aneh? Nggak juga.      Aku juga awalnya mikir, kenapa ya manusia suka nyakitin diri sendiri pake lagu? Tapi jangan salah. Ternyata itu tuh bukan kebiasaan aneh. Ada alasannya, dan bahkan percaya atau nggak  itu bisa jadi bentuk terapi diri sendiri . Musik, apalagi yang selaras sama perasaan, itu semacam pintu buat ngelepas emosi yang selama ini kita tahan. Jadi bukan soal nyari luka baru, tapi justru nyembuhin luka lama . Lagu galau ngebantu kita buat ngerasa valid sama perasaan diri sendiri      Kadang tuh ya, kita sedih tapi bingung kenapa. Nggak bisa dijelasin. Mau cerita ke orang takut dibilang drama, mau nulis takut dikira cari perhatian. Akhirnya, kita buka...