Skip to main content

Duka dan Harapan dalam lagu Tears in Heaven

    Kadang, sebuah lagu bisa jadi jauh lebih bermakna karena momen di mana kita pertama kali mendengarnya. Ada sesuatu yang spesial ketika melodi dan liriknya terasa pas dengan suasana hati atau situasi tertentu. Buat aku, Tears in Heaven adalah salah satunya. Lagu ini pertama kali aku dengar di salah satu adegan drama Korea Twinkling Watermelon, dan adegan itu begitu emosional sampai membuat lagu ini terasa begitu dalam dan menyentuh. Sejak saat itu, aku nggak bisa berhenti dengerin lagunya, seolah lagu ini membawa aku masuk ke dalam perasaan yang sama setiap kali aku memutarnya. 

Photo by Rob Verhorst/Redferns

    Eric Clapton adalah salah satu legenda di dunia musik yang nggak pernah kehilangan pesonanya. Dikenal sebagai gitaris rock dan blues, sekaligus penulis lagu dan penyanyi, Clapton sudah memukau banyak orang sejak era 90-an. Banyak yang menyebutnya sebagai salah satu gitaris paling berpengaruh sepanjang masa, dan itu jelas nggak berlebihan. Di awal kariernya, Clapton sempat bergabung dengan beberapa band terkenal, seperti The Yardbirds, John Mayall & the Bluesbreakers, Cream, hingga Derek and the Dominos. Tapi di tahun 70-an, ia mulai fokus pada karier solo dan sejak itu telah merilis 22 album. Salah satu lagu yang paling ikonis dari Clapton adalah Tears in Heaven, sebuah karya yang membawa cerita mendalam di balik keindahannya.

    Awalnya, lagu ini menjadi soundtrack untuk film Rush (1991). Tapi lebih dari itu, Tears in Heaven adalah ungkapan rasa kehilangan Clapton setelah kepergian putranya, Conor. Di usia 4 tahun, Conor meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan tragis setelah jatuh dari jendela apartemen lantai 53 di New York pada 20 Maret 1991. Lagu ini menjadi cara Clapton untuk menghadapi kesedihan dan menyampaikan emosinya kepada dunia. Meski tercipta dari duka mendalam, Tears in Heaven justru menjadi salah satu karya paling menyentuh dalam sejarah musik. Lagu ini nggak cuma menyentuh hati banyak orang, tapi juga menginspirasi lewat pesan harapan dan ketangguhan yang dibawanya. Yuk, kita telusuri makna dari karya yang luar biasa ini!

Would it be the same if I saw you in heaven?

    Lirik ini bikin hati langsung terasa berat, ya. Clapton menyuarakan ketakutannya: apakah hubungan yang dia miliki dengan orang tercinta akan tetap sama setelah mereka tidak ada? Ini kayak pertanyaan yang mungkin kita juga pernah pikirkan saat kehilangan seseorang.

Pada lirik "Would it be okay if I saw you in heaven?" Kalimat ini melanjutkan keraguan dan harapan yang ada pada baris sebelumnya "Would it be the same if I saw you in heaven?" Lirik Ini seolah-olah bertanya pada diri sendiri terhadap orang yang telah pergi, apakah kita akan menemukan kedamaian jika kita bertemu lagi setelah kematian. Ini menggambarkan rasa takut akan pertemuan kembali yang bisa membawa lebih banyak kesedihan atau akhirnya memberikan rasa damai.

Lirik "Time can bring you down, time can bend your knees" menggambarkan waktu dipersonifikasikan sebagai kekuatan yang bisa membuat kita jatuh, tetapi juga menjadi penyembuh. Lirik ini menggambarkan perjuangan emosional yang datang bersama waktu, sekaligus kekuatan yang tumbuh saat kita belajar menerima kehilangan.

Lalu, "Beyond the door, there’s peace, I’m sure" Kata "Pintu" di sini adalah metafora untuk kematian sebagai sebuah transisi menuju kedamaian. Clapton menanamkan harapan di tengah kesedihan, menyiratkan bahwa ada tempat di mana penderitaan berakhir dan ketenangan bisa ditemukan.

    Lagu ini mengingatkanku pada makna Blackbird dari The Beatles. Kedua lagu ini memiliki kesamaan dalam hal penggunaan lirik yang sederhana dan melodi sederhana, namun keduanya berhasil menyampaikan pesan emosional yang begitu mendalam. Walaupun terdengar sederhana, baik Tears in Heaven maupun Blackbird mampu menyentuh hati pendengarnya dengan cara yang sangat kuat. Keduanya mengajak kita untuk merenung tentang kehidupan dan harapan. Jika kamu penasaran dengan makna di balik Blackbird dan ingin menggali lebih dalam tentang lirik dan pesan yang disampaikannya.

    Tears in Heaven adalah sebuah lagu tentang perjalanan emosional yang mendalam, mengajak kita untuk merasakan dan merenungkan kesedihan yang mungkin kita alami dalam hidup. Melalui lirik yang penuh makna dan melodi yang sederhana, Clapton dengan lembut membawa kita menyelami kegetiran kehilangan dan rasa sakit yang menyertainya. Namun, di balik itu semua, lagu ini juga memberikan pesan tentang harapan dan kekuatan untuk sembuh, meskipun rasa sakit itu tak terelakkan.

    Terima kasih sudah membaca! Semoga lagu ini bisa memberi perspektif baru dan mengingatkan kita bahwa meskipun duka menyayat hati, waktu akan memberi kesempatan untuk kita pulih dan menemukan kedamaian. 🤍

Comments

  1. request lagu 'here, there, and anywhere' nya the beatles dong kak!

    ReplyDelete
  2. Aku jadi tau makna lagunya! Terima kasih

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Harmoni Kebebasan dari Sayap yang Retak, Menggali Makna Blackbird oleh The Beatles.

Take these broken wings and learn to fly      Siapa bilang kita harus sempurna untuk bisa bangkit? Justru, lirik ini ngajarin kita buat menerima kekurangan dan rasa sakit, lalu menjadikannya kekuatan. Sayap yang patah bukan berarti nggak bisa terbang, kan?       Halo, teman-teman! 🌟 Pernah denger lagu Blackbird dari The Beatles? Kalau belum, ini salah satu lagu yang bisa bikin hati kamu hangat sekaligus merenung. Lagu ini ditulis oleh Paul McCartney dan John Lennnon yang dirilis pada tahun 1968 silam. Lagu ini sering dianggap sebagai simbol perjuangan hak-hak sipil di Amerika Serikat. Tapi sebenarnya, Blackbird punya makna yang jauh lebih universal. Lagu ini bicara soal kebebasan, harapan, dan keberanian untuk bangkit walaupun dunia terasa berat. Dengan gitar akustik sederhana dan vokal McCartney yang lembut, lagu ini seperti teman yang siap mendukungmu di masa sulit.      Selain lirik yang udah kalian baca diatas, ada juga lho llirik...

Suara dari Sayap yang Belum Pulih, Ketika Musik Sedih Jadi Terapi

  pict by Temple_gio on Twitter      Pernah nggak sih, lagi pengen nangis tapi malah buka playlist "Sad Vibes 2AM" di Spotify? Udah tau mood lagi down, eh malah nyari lagu yang liriknya kayak nulis ulang isi hati kita. Yang nadanya mendayu, liriknya nusuk dan bikin nyesek. Aneh? Nggak juga.      Aku juga awalnya mikir, kenapa ya manusia suka nyakitin diri sendiri pake lagu? Tapi jangan salah. Ternyata itu tuh bukan kebiasaan aneh. Ada alasannya, dan bahkan percaya atau nggak  itu bisa jadi bentuk terapi diri sendiri . Musik, apalagi yang selaras sama perasaan, itu semacam pintu buat ngelepas emosi yang selama ini kita tahan. Jadi bukan soal nyari luka baru, tapi justru nyembuhin luka lama . Lagu galau ngebantu kita buat ngerasa valid sama perasaan diri sendiri      Kadang tuh ya, kita sedih tapi bingung kenapa. Nggak bisa dijelasin. Mau cerita ke orang takut dibilang drama, mau nulis takut dikira cari perhatian. Akhirnya, kita buka...